FOOD AND WATER BORNE DISEASES

SUKMA ARDIYANTI

E2A009114 / R1

www.fkm.undip.ac.id

www.undip.ac.id

FOOD and WATER BORNE DISEASE

Salah satu penyakit food and water borne disease adalah diare.

  1. A. DEFINISI

Diare merupakan penyakit yang ditandai dengan gejala-gejala seperti: bertambahnya frekuensi berak lebih dari biasanya (3 atau lebih per hari), perubahan bentuk dan konsistensi tinja menjadi lembek dari biasanya, disertai muntah-muntah, sehingga penderita akan mengalami kekurangan cairan tubuhnya (dehidrasi) yang pada akhirnya apabila tidak mendapat pengobatan segera dapat menyebabkan kematian.

  1. B. EPIDEMIOLOGI

Di Indonesia diperkirakan 25% dari kematian anak balita disebabkan oleh diare. Kelompok umur yang paling rawan terkena diare adalah 2-3 tahun, walaupun banyak juga ditemukan penderita yang usianya relatif muda yaitu antara 6 bulan–12 bulan. Menurut catatan WHO, diare membunuh dua juta anak di dunia setiap tahun, sedangkan di Indonesia, sekitar 162 ribu balita meninggal setiap tahun atau sekitar 460 balita setiap harinya. Di Afrika anak-anak terserang infeksi diare 7 kali setiap tahunnya dibanding di negara berkembang lainnya yang mengalami serangan diare 3 kali setiap tahun. Dari hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di Indonesia, diare menempati urutan ketiga penyebab kematian bayi. Hasil Surkesnas 2001 mendapatkan angka kematian bayi 9,4% dan kematian balita 13,2%.

  1. C. DISTRIBUSI
    1. Berdasarkan umur

Sekitar 80 % kematian diare tersebut terjadi pada anak dibawah usia 2 tahun, data terakhir menunjukkan bahwa dari sekitar 125 juta anak usia 0-11 bulan, dan 450 juta anak usia 1-4 tahun yang tinggal di negara berkembang total episode diare pad abalita sekitar 1,4 milyar kali per tahun. Dari jumlah tersebut total episode diare pada bayi usia dibawah 0-11 bulan sebanyak 475 juta kali dan anak usia 1-4 tahun sekitar 925 juta kali pertahun.

  1. Berdasarkan tempat

Distribusi penyakit diare di Indonesia pada tahun 2005 banyak ditemukan di propinsi Nusa Tenggara Timur dengan CFR 1,28 %.

  1. Berdasarkan waktu

Distribusi penyakit diare di Indonesia sering ditemukan pada musim pancaroba (perubahan iklim dari musim hujan ke kemarau).

  1. D. MEKANISME PENULARAN
    1. Kontak dengan tangan yang terkontaminasi
    2. Menelan makanan yang terkontaminasi (terutama makanan sapihan) atau air.
    3. Pembuangan tinja yang tidak higienis.
    4. E. ETIOLOGI
      1. Penyakit diare pada anak biasanya sering disebabkan oleh rotavirus. Virus ini menyebabkan 40-60% dari kasus diare pada bayi dan anak. Patogenesis diare yang disebabkan oleh rotavirus dapat diuraikan sebagai berikut:
        1. Virus masuk kedalam tubuh bersama makanan dan minuman
        2. Virus sampai kedalam sel epitel usus halus dan menyebabkan infeksi serta jonjot-jonjot (villi) usus halus.
        3. Sel-sel epitel usus halus yang rusak diganti oleh enterosit yang baru yang berbentuk kuboid atau sel epitel gepeng yang belum matang. Sehingga fungsinya masih belum baik
        4. Villi-villi mengalami atrofi dan tidak dapat mengabsorpsi cairan dan makanan dengan baik.
        5. Cairan makanan yang tidak terserap dan tercerna akan meningkatkan tekanan koloid osmotik usus.
        6. Terjadi hiperperistaltik usus sehingga cairan beserta makanan yang tidak terserap terdorong keluar usus melalui anus, sehingga terjadi diare.
  2. Penyakit diare selain disebabkan oleh virus juga disebabkan oleh agentnya berupa bakteri seperti vibrio cholerea, E.coli, Salmonella paratyphi adalah sebagai berikut:
    1. Bakteri masuk kedalam tubuh manusia melalui perantaraan makanan atau minuman yang tercemar oleh bakteri tersebut.
    2. Di dalam lambung bakteri akan dibunuh oleh asam lambung, tetapi apabila jumlah bakteri cukup banyak ada bakteri yang dapat lolos sampai kedalam usus duabelas jari (duodenum).
    3. Didalam duodenum bakteri akan berkembang biak sehingga jumlahnya mencapai 100.000.000 koloni atau lebih per mililiter cairan usus halus.
    4. Dengan memproduksi enzim mucinase bakkteri berhasil mencairkan lapisan lendir dengan menutupi permukaan sel epitel usus, sehingga bakteri dapat masuk kedalam membran (dinding) sel epitel
    5. Didalam membran bakteri mengeluarkan toksin (racun) yang disebut sub unit A dan sub unit B
    6. Sub unit B akan melekat di dalam membran dan sub unit A akan bersentuhan dengan membran sel, serta mengeluarkan CAMP (Cyclic Adenosine Monophosphate)
    7. CAMP berkhasiat merangsang sekresi cairan usus dibagian kripta villi dan menghambat cairan usus di bagian apikal villi, tanpa menimbulkan kerusakan sel epitel usus.
    8. Sebagai akibat adanya ransangan sekresi cairan yang berlebihan tersebut, volume cairan di dalam lumen usus akan bertambah banyak. Cairan ini akan menyebabkan dinding usus akan mengakibatkan kontraksi sehingga terjadi hipermotilitas atau hiperperistaltik untuk mengalirkan cairan kebawah atau ke usus besar.
  3. Parasit yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan atau minuman dan menetap dalam sistem pencernaan, contoh : Giardia lamblia, Entamoeba histolityca.
  4. Reaksi obat, contoh : antibiotik, obat-obat tekanan darah dan antasida yang mengandung magnesium.
  5. Menurut Sumirat, penyakit diare selain disebabkan oleh bermacam- macam faktor juga sangat dipengaruhi oleh kualitas air yang digunakan oleh masyarakat, adapun macam- macam faktor yang mempengaruhi dapat diuraikan sebagai berikut :

a) Air sebagai penyebar mikroba patogen.

b) Air sebagai sarang insekta dan penyebar penyakit.

c) Jumlah air bersih yang tersedia tidak mencukupi, sehingga orang tidak dapat membersihkan dirinya dengan baik.

d) Air sebagai sarang hopses sementara penyakit.

Penyebab lain yang dapat menimbulkan penyakit diare adalah keracunan makanan, kurang gizi, alergi makanan khususnya susu atau laktosa (makanan yang mengandung susu), kurang penyediaan air bersih serta faktor musim dan geografi tertentu. Penyakit ini hanya bisa menyebar apabila mikro organisme penyebabnya dapat masuk ke dalam sumber air yang dipakai masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari.

  1. F. CARA PENANGGULANGAN (CONTROL)
    1. Pada penderita
      1. Minum dan makan secara normal untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang.
      2. Untuk bayi dan balita, teruskan minum ASI.
      3. Garam oralit.
  2. Contact person
    1. Mencuci tangan pakai sabun dengan benar pada lima waktu penting : sebelum dan sesudah makan, setelah buang air besar, sebelum memegang bayi, setelah menceboki anak, sebelum menyiapkan makanan.
    2. Meminum air minum sehat, atau air yang telah diolah, antara lain dengan cara merbus, pemanasan dengan sinar matahari atau proses klorinasi.
    3. Pengelolaan sampah yang baik supaya makanan tidak tercemar serangga (lalat, kecoa, kutu, dll).
    4. Membuang air besar dan air kecil pada tempatnya, sebaiknya menggunakan jamban dengan tangki septik.
  3. Lingkungan

Meningkatkan sanitasi lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

Journal Medica Nusantara vol.27 no.2 april-juni 2006.”diare akut pada anak.,Setia Budi S.,Departemen ilmu kesehatan anak FK UH/RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo-Makassar”).

Suharyono. 1991. Diare Akut Klinik dan Laboratorium. Jakarta: Rineka Cipta.

Soeparman. 1996. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Balai penerbit FKUI.

Soemirat, J,. 1996. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University press.

www.library.usu.ac.id/diakses pada tanggal 17 Maret 2011.

www.mediaindonesiaonline.com/Inisiatif Kemitraan Pemerintah-Swasta Untuk Cuci Tangan Pakai Sabun/diakses tanggal 17 Maret 2011.

Tentang sukmaardiy

Aku adalah manusia yang tak sempurna tapi aku tak pernah berputus asa dalam meraih cita-cita.
Pos ini dipublikasikan di DASAR PEMBERANTASAN PENYAKIT dan tag . Tandai permalink.

Tinggalkan komentar